Referensi Novel Rindu karya Tere Liye
Rindu, novel karya Tere Liye yang di terbitkan tahun 2014.
S I N O P S I S
“Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?
Apalah arti cinta, ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.”
Ini adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang harusnya di sayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan.
****
Gimana sinopsisnya aja udah keren banget kan? Mungkin sebagian dari kalian ada yang gak ngerti dari sinopsis di atas, sama kaya aku waktu pertama baca. Maka dari itu buat kalian yang pengen tau makna dari sinopsis itu harus banget baca novelnya, dijamin gak akan nyesel deh! Langsung aja deh ya, aku kasih resensi dari novel Rindu.
Novel ini menceritakan tentang perjalanan panjang ribuan penumpang menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dengan menggunakan Kapal uap kargo terbesar di zaman dahulu, kapal itu diberi nama "BLITAR HOLAND". Di mulai pada tanggal 1 Desember 1938 dari pelabuhan Makassar. Tapi siapa sangka di balik perjalanan ini, ada beberapa penumpang yang membawa pertanyaan besar.
Di dalam kapal itu terdapat seorang penumpang yang sangat di hormati semua orang namanya Ahmad Karaeng tapi seluruh penduduk Makassar lebih mengenalnya dengan sebutan Gurutta. Ia merupakan salah seorang ulama masyhur pada saat itu. Gurutta adalah sebutan untuk Guru kami, karena semua orang menganggapnya guru, Gurutta adalah sosok yang selalu memberikan jawaban terbaik atas pertanyaan orang-orang. Meskipun dirinya memiliki pertanyaan besar yang tidak ada seorang pun yang bisa menjawabnya.
Pertanyaan besar pertama yang di berikan kepada Gurutta, adalah pertanyaan dari Bonda Upe, ia adalah seorang guru mengaji diatas kapal itu, dia orang yang tidak pernah bergaul ke luar kapal, setiap hari ia habiskan di kabinnya bersama sang suami, tapi tidak ada yang tau jika sebenarnya Bonda Upe terbayang-bayang masa lalunya yang pilu, membuatnya bermimpi buruk setiap malam, dan membuatnya malu bertemu dengan siapapun.
Pertanyaan kedua, pertanyaan yang di lontarkan dari penumpang bernama Daeng Andipati. Orang yang paling berbahagia diatas kapal menurut penumpang lainnya, bagaimana tidak? Andi memiliki keluarga kecil yang bahagia, istri yang begitu cantik dan baik, yang saat diatas kapal sedang mengandung, serta Anna dan Elsa putrinya yang masih berumur 9 dan 15 tahun tapi kedua anak itu begitu pintar dan menggemaskan. Tapi siapa sangka Daeng Andipati yang terlihat begitu berbahagia, memendam kebencian yang amat besar untuk seseorang yang harusnya ia sayangi dan hormati.
Pertanyaan ketiga, pertanyaan yang datang dari Mbah Kakung, penumpang tertua yang berada di kapal, Mbah Kakung berangkat haji ditemani anak sulungnya, dan istri tercintanya Mbah Putri. Mbah Kakung, sangat bisa membuat para penumpang iri sekaligus terharu setiap mendengar cerita bagaimana kisah perjalanan cinta Mbah Kakung dan Mbah Putri. Mereka sangat terharu melihat Mbah Kakung yang begitu mencintai Mbah Putri setelah puluhan tahun pernikahannya, tetapi di tengah perjalanan menuju tanah suci, Mbah Putri istri yang begitu ia cintai menghembuskan nafas terakhirnya, membuat Mbah Kakung menjadi lebih banyak diam dan tak pernah keluar kabin. Hingga saatnya Mbah Kakung menanyakan pertanyaan besar pada Gurutta.
Pertanyaan keempat, pertanyaan yang timbul dari Ambo Uleng, seorang kelasi pendiam yang selama 25 Tahun hidupnya di habiskan diatas kapal, sejak ia lahir hingga besar ia hidup di kapal membantu ayahnya, dan karena suatu alasan dia berhenti bekerja di kapal tempat ia bekerja dahulu, dan melamar kerja di kapal Blitar Holand, saat dia hendak di tolak menjadi pekerja di kapal ia berkata ia rela menjadi tukang pel, penyikat dinding atau apapun itu, ia hanya ingin meninggalkan semuanya, pergi sejauh mungkin, tidak di gajih pun ia tidak masalah.
Dan pertanyaan terakhir, pertanyaan yang datang dari orang yang bisa menjawab segala pertanyaan diatas, ya pertanyaan itu datang dari Gurutta. Saat kapal Blitar Holand di serbu oleh perompak, mau tak mau semua penumpang harus melakukan perlawanan dengan kekerasan, tapi Gurutta tidak, ia tidak mau menyakiti seseorang dengan kekerasan, karena seseorang di masa lalunya pergi untuk selamanya akibat kekerasan. Dan malam itu Ambo Uleng menjawab pertanyaan dari Gurutta yang sudah lama ia pendam. Subhanallah, bahkan Ambo Uleng baru belajar shalat saat berada di kapal, tapi ia sudah bisa memberikan jawaban terbaik atas pertanyaan Gurutta.
***
Oke, diatas adalah resensi dari novel Rindu versi aku. Gimana, setelah baca resensinya kalian makin penasaran gak sama isi cerita novel itu? Penasaran dong pastinya? Makannya ayo segera baca novelnya, aku jamin kalian bisa banyak dapat pelajaran dari novel Rindu.
Komentar
Posting Komentar